CERITA PENDEK TEMA KEHIDUPAN


AKU TAHU

   Namaku Reina, Reina Ara jelasnya, sejak dulu aku memang senang mengungkapkan semua kisah kehidupanku dalam sebuah karya sastra sederhana yang disebut Puisi, kesenanganku dengan puisi sama persis dengan ibuku sebagai ibu dan seorang anak, kata ayahku. Ya semua orang yang ada diduniaku sudah tau bahwa aku hanya tinggal berdua dengan seorang ayahku. Ayahku yang menjadi ayah sekaligus ibu dalam hidupku, ia yang membesarkanku dengan segala penuh kasih sayang yang ia berikan untuk satu-satunya gadis kecil yang ia miliki mulai umurku ganjil satu tahun hingga sekarang yang sudah beranjak memasuki bangku universitas.

   Ibuku? Kata ayahku ibuku sengaja pergi mencari penghasilan lebih ke Negara orang, mulai aku umur 1 tahun ibu sudah pergi mencari penghasilan. Sampai aku umur 5 tahun tepatnya di bangku sekolah dasar ibu masih sering pulang ke kampung halaman untuk menemui kami. Namun di umurku yang ke 6 tahun ibuku sudah tak lagi datang kedalam pesta ulangtahun yang aku rayakan selama 5 tahun ini bertiga dengan ibuku. Dengan keluarga kecilku, sekarang aku sama sekali tidak tahu kabar ibuku. Namun berkat ayah aku sampai sekarang bisa merasakan kasih sayang orang tua meskipun sesekali aku pasti rindu sosok Ibu yang seharusnya ada dalam kehidupanku jika ia masih hidup. 
 “Ayo Reina, kamu harus bangun!” dipagi-pagi buta seperti ini ayah malah membangunkanku yang sedang terlelap tidur ditengah begadangku nonton bola tadi malam bersama ayah. Kalau ayah sih wajar ya udah gede, la aku? Aku kan masih umur 7 tahun yang seharusnya minggu pagi seperti ini masih tidur dan bangun nanti siang.
“Apa sih ayah” Kataku setengah tidur dengan kembali menarik selimutku yang tadinya ditarik ayah kebawah.
“Bangun nak, sudah siang” Apa? Ini kan masih jam 6 pagi, katanya udah siang?  Ayah ayah..
“Ayah mau olahraga ya? olahraga sendiri aja yah, Rena ngantuk yah, kemarin kan habis nonton bola sama ayah, ayah tau sendiri”  jawabku malas
Suara ayah tak lagi terdengar, aku melanjutkan tidurku yang terusik tadi.
Lima menit kemudian..
“Reinaa, liat ini? Yakin kamu tidak mau bangun dari tidurmu?” suara ayah kembali terdengar
“Selalu deh ayah, nanti saja” Jawabku tak membuka mata
“Lihat deh ini apa?” Aku sedikit penasaran dan membuka seditik mataku, Ayah tersenyum hangat  sambil menggoyang-goyangkan handphone yang ada ditangannya.
“Kenapa ayah? Hp baru ya?” Tanyaku
“Renaa” suara ayah datar dan sedikit kesal sepertinya
 “Mana bisa ayah membeli handphone baru sedangkan makan kita saja tak bisa enak” lanjutnya
“Lalu?” jawabku semakin malas, aku tak suka mendengar ayah yang merendahkan keluarga kami. Aku rasa aku dan ayah sudah lebih dari cukup dari penghasilan ayah untuk hidup kami.
“Ada SMS rena” jawab ayah singkat
Aku tak menjawab malah bingung kenapa sih ayah cuma SMS saja sampai membangunkanku
“Dari Ibu rena” aku langsung bangun dan tak merasakan sama sekali lagi mengantuk, aku sangat-sangat penasaran pesan singkat apa yang dikirim kan Ibu kepada kami setelah diulangtahunku yang  ke 6 ibu tak memberi kabar sama sekali untukku dan ayah.
“Apa yah apa?” jawabku spontan
‘Apa yaa? Enaknya apa?” kata ayah mengerjaiku
“Halaaa ayah ayoo apaa?” kataku manja
“Ibu ada di Indonesia sekarang dan akan menemui kita” jawab ayah dengan wajah sangat senang
“Benarkah? Yey!!” aku sangat senang, dan memeluk ayah, aku melihat sms dari Ibu dengan singkat “Aku kesana hari ini” ayahpun sama memelukku dengan erat, aku merasakan detak jantung ayah berdegup kencang. Aku rasa ayah sangat bahagia    
“Mangkanya kamu bangun, ikut ayah pergi ke pasar lalu kita beli sayur-sayuran yang banyak, kamu mau kan masak untuk Ibu?” Tanya ayah sumringah
“Tentu dong yah” aku puntak kalah bersemangat dari ayah
    Lalu ayah menggendongku dipundaknya dan menuju ke kamar mandi untuk mandi dan segera berangkat ke pasar, aku sangat tak sabar bertemu ibu. Ibuku sangat cantik, Namanya Julia Ara Wibowo. Rambutnya panjang dan memiliki kulit putih, kata Ibu dulu ayah sangat naksir sama ibu dan selalu mengejar ibu meskipun sudah ibu tolak sekalipun, tapi ayah tetap berjuang mati-matian sampai ibupun bisa jatuh cinta kepada seorang  laki-laki yang bernama Satria Anggarda ini, tentunya ia Ayahku.
   Selesai berkemas aku dan ayah memakai sepeda motor yang kami punya untuk pergi kepasar, ayah mengenakan baju simple dengan kaos warna hitam dan celana panjang coklat dengan kerutan dibawah, dan aku hanya memakai kaos warna putih dan bawahan celana ¾ warna biru dongker. Ayah membawa uang tabungannya, intinya kali ini kami akan memasak super banyak dan tentunya enak untuk tamu special.
Perjalanan cukup cepat, karena ayah memang ingin cepat memasak supaya tepat ibu datang masakan kami bisa langsung dinikmati oleh ibu. Disana kami berbelanja banyak sekali sayuran, setelah berbelanja kami pulang dan membawa semua belanjaan ke dapur.
“Sudah siap nak?” Tanya ayah sambil tersenyum
“Sudah dong ayah“ jawabku semangat.
   Ayah mulai mengupas bawang merah dan putih, lalu aku menggantikannya  dan ayah menyambung dengan memasak yang lain supaya cepat selesai.
   Satu persatu masakkan telah selesai, luar bisa ayah memasak sangat banyak dengan aroma masakkan yang sangat lezat masuk kehidungku. Rasanya ingin saja aku memakannya duluan, namun jika dengan ibu masakkan ini akan terasa lebih lezat. Ayah hebat.
   Aku sangat lelah, tak kusangka memasak ternyata tak segampang yang aku fikirkan, hanya membantu ayah rasanya aku ingin berhenti namun aku tak tega melihat ayah yang bercucuran keringat karena panas dengan tercampur rasa lelahnya. Terbayang ayah yang setiap hari malah bangun pagi untuk memasakkanku sarapan, menata bekalku dan pergi berangkat bekerja hingga nanti siang ayah menjemputku kembali. Berfikir tentang ayah membuat aku selalu ingat ibu, ibu yang seharusnya ada  dirumah, namun aku tahu bagaimanapun juga ibu melakukan pekerjaan jauh dari kami karena untuk mencukupi kehidupan kami, untuk aku dan ayah tentunya, dan aku tak merasa kecewa karena aku tahu aku masih punya ibu seperti anak lainnya meskipunia takada disini. 
   Bau aroma masakkan sangat menyengat ketika aku merebahkan diri ke sofa karena aku merasa sangat lelah dan ingin segera duduk dan rebahan sebentar –
   Beberapa saat kemudian aku tak kuat membuka mataku dan rasanya ingin sekali tidur. Beberapa saat kemudian rasanya ada yang menggotong tubuhku dan memasukkan ku dalam kamar, aku tahu ayah tak mungkin tega membangunkanku hanya untuk membantunya kembali memasak. Dan memang aku sudah tak tahan membuka mataku dan aku kembali tertidur setalah ayah menaruh tubuhku kasur kamarku  .
                                                                     **
“iya aku tahu” kata seseorang diluar kamarku
   Itu suara ayah, lalu dengan siapa ayah berbicara? Ibu, aku langsung meloncat keluar dengan cepat, aku tahu ada Ibu diruang tamu rumahku. 
  Aku lihat sudah siap semua makanan dengan dekorasi sangat cantik di meja makan sederhana rumah kami. Ayah sangat berbakat. Aku memang benar- benar beruntung mempunyai ayah. Aku rasa ibu juga sangat senang jika bertemu ayah dan aku juga melihat semua masakkan yang telah kami persiapkan.
“Ibuuuu!!” sorakku melihat seorang wanita yang kurasa kulitnya tak lagi seputih dulu, aku rasa memang bekerja keras disana, mengenakan jaket tebal warna coklat dan celana jeans hitam, rambutnya tetap panjang seperti dulu
“Rena!” ibukku pun langsung memelukku ketika aku berada dekat dengannya. Aku rasakan aroma yang aku sangat aku rindukan setelah lama tidak berkomunikasi dengannya
“Ibu kok tidak datang waktu ulangtahunku?” tanyaku
“Ibu ada urusan yang tidak bsa ibu tinggal nak, ibu sangat kangen sama kamu ren” jawabnya berkaca-kaca
“aku juga bu” aku kembali memeluk ibu, diseberang aku melihat ada mobil mewah didepan rumahku, apa mobil ibu? Wah ibu sekarang banyak uang pikirku.
“Ibu mau makan? Aku dan ayah telah memasak special untuk ibu loh” tanyaku ketika melepaskan pelukkannya
“Iya, makan dulu aja Julia, anakmu yang masak” ayah berkomentar, aku tak mengerti mengapa ayah berbicara datar dan seperti tidak senang seperti tadi ketika ibu ada dihadapannya sekarang.
“Loh emangnya ibu mau keman? Ibu nginep disini dulu kan?: aku tak mengeerti maksud ayah makan dulu aja, memang ibu mau kemana?
“iya sebentar ya” ibu beranjak dari kursinya dan menuju ke mobil yang berada diluar rumah, ia seperti sedang berbicara dengan supir yang ada dimobil itu kurasa.
Lalu ia kembali menuju rumah kami.
“Iya ayo rena, kita makan, ibu pengen tahu deh masakkan rena enak apa enggak” bicara ibu melegakanku,
“Ya tentu dong, apalagi berkat ayah, ini semua karena ayah yang masak bu, kalau aku sendiri mana bisa” jawabku sambil melirik kepada ayah namun ayah hanya menyunggingkan sedikit senyumnya dan mengangguk ragu
Kami bertiga pun berjalan ke meja makan, disana makanan sudah tertata rapi dengan sedikit lebih mewah dari biasanya. Aku yakin ibu pasti suka.  Dan benar aku melihat senyum ibu sangat senang ketika melihat makanan yang ada di meja makan.  
“Siapa yang memasak sebanyak ini?”  Tanya ibuku dengan sesungging senyuman di bibirnya yang berwarna lipglosh yang mewarnai bibirnya dengan warna pastel yang cantik.
“Aku donggg” jawabku sombong
“Reina hmm” Ayah langsung menyambung dengan senyum menggoda
“Iya dengan ayah tentunya bu, tapi tetap aku yang paling banyak memasak, ayah malah tertidur pulas disofa” jawabku dengan tertawa geli
“Sudah Reina, ibumu biar makan dulu” ayah menyambung
   Kami pun makan masakkan yang telah aku dan ayah persiapkan dari tadi pagi. Aku, ayah, dan ibu memakan dengan lahap, aku senang ibu sepertiya sangat menyukainya, dan aku juga bangga kepada diriku sekaligus ayah karena makanan kami sangat lezat
Setelah makan kami bertiga pun kembali keruang tamu
“Ibu, mana kopernya? Barang-barang ibu dimasukkan didalam kamar saja” aku memulai pembicaraab
“Nggak sayang, setelah ini ibu harus pulang” jawab ibu dengan mengelus rambutku
“lho kenapa? Kok pulang sekarang?” aku sangat bingung kenapa ibu pulang sekarang
“Ibu bakalan inget kamu kok, bakalan sesering yang ibu bisa buat ngejenguk kamu, ya Reina?” jawab ibu tenang, dan aku semakin tidak mengerti apa maksud ibu, aku menengok pelan kepada ayah dan kulihat ayah menunduk lalu menatapku sedikit dengan mata yang berkaca-kaca.
“Ayah kenapa?” tanyaku polos
“Kelilipan Rena” jawab ayah dengan mendongak keatas
“ibu kenapa?” aku langsung ke pembicaraan awal dengan ibu, dan supir mobil ibu keluar dari mobilnya dan masuk kerumah kami seperti ingin mengajak ibu pulang kembali entah kemana
“Reina, kamu mau kan punya 2 ayah? Ini ayah kamu yang kedua, namanya Ayah Reno, hampir mirip nama kamu ya? Ibu harap kamu bisa akrab sama ayah kamu ini, semuanya, dua-duanya bakalan jadi ayah terbaik kamu” kata ibu dengan lelaki yang aku anggap supir ibu merentangkan kedua tangannya seperti ingin memelukku, aku menengok ayah yang tersenyum memaksa menyuruhku mau untuk dipeluk ayah baru, dan aku pun sedikit maju dan ayah baru memelukku, aku tetap tak mengerti artinya ini semua dengan ayah yang masih berkaca-kaca
Lalu ayah baru dan ibu pun berpamitan pulang dan aku hanya diam sejak ibu berkata seperti tadi dan tetap mcerna kata-kata ibu.
Namun sekarang aku tahu ibu yang sudah bisa berenghasilan cukup meninggalkan ayah dengan semua kesederhanaannnya, ibu yang tega dan tidak berperasaan mengorbankan cinta ayah dan menurutku ibu juga wanita baik yang mencintai ayah dan mungkin hanya meninggalkanku dengan ayah demi kekayaan, aku tak tahu alasan ibu yang pasti sampai sekarang, yang pasti sejak sekarang aku tak pernah dihibungi olehnya dan ayah yang selalu berkata bahwa ibu terpaksa dan selalu mengirim uang untuk hidupku dan ayah, tentu aku yang dewasa seperti sekarang sama sekali tak percaya namun aku hanya mengangguk melegakan ayah jika ayah bilang begitu, ibu yang disana mungkin sudah bahagia dengan keluarga barunya dan ayah disini tetap mencintainya, aku yakin itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRAGEDI PERANG SAMPIT

Sejarah Lumpur Lapindo dan Urusan Ganti Rugi yang Belum Tuntas.